Jumat, 12 Juni 2009

Realita Reality show di Just Alvin

Semalam aku nonton tayangan Just Alvin di metro TV. Temanya sangat menarik, yaitu mengenai Realita Reality Show. Reality Show adalah tayangan yang mengangkat kehidupan real seseorang tanpa rekayasa. Tokohnya pun orang-orang biasa, bisa pengamen, pengemis, mahasiswa, dll.

Acara Just Alvin semalam mengupas tuntas tentang Realita Reality show dengan menghadirkan Helmi Yahya, Fani Rahmasari, dan Ade Armando sebagai bintang tamunya.

(kata bang Ade, " ga semua relity show bener. Ada juga yang bo'ong2an.")


Ada banyak hal yang perlu diungkap mengenai tayangan reality show. Salah satu hal yang membuat penasaran adalah mengapa tayangan reality show bisa dikemas dengan begitu menarik jika itu tanpa rekayasa?

Ketika membuat suatu acara maka orang akan kembali lagi ke value. Seperti yang dikatakan oleh Helmi dan Fani, meskipun ini adalah tayangan reality show tetapi mereka tetap mengadakan casting. Maksudnya, mereka mencari orang-orang yang bisa menangis ketika menceritakan kisah sedihnya, histeris ketika mendapatkan banyak uang, termasuk mungkin mencari orang yang emosional, kasar, pinter berantem, memaki, dsb. (ups, habisnya kalau dilihat sekarang di setiap tayangan reality show pasti ada berantemnya..hehe). Mereka juga membuat semacam alur untuk para pesertanya.


Tayangan yang pertama kali diproduksi oleh Helmi Yahya adalah katakan cinta dan Harap-harap Cemas (H2C). “Katakan Cinta” menantang seseorang untuk berani menyatakan cintanya di depan umum dan di depan kamera. Untuk itu, kru tayangan ini mencari orang yang benar-benar berani total untuk membuat tayangan ini lebih menarik. Ini terbukti dengan mampu bertahannya tayangan katakan cinta hingga empat tahun. Sedangkan H2C adalah reality show berupa penyelidikan terhadap seseorang untuk mengungkap rahasia si target. Setelah itu muncul tayangan-tayangan reality show yang lain, yang saat ini sudah mulai menjamur di layar kaca. Pesertanya pun tak sedikit. Itu membuktikan bahwa banyak sekali orang-orang narsis, yang sudah tidak canggung lagi kehidupan pribadinya di expose. Namun demikian, tayangan ini menjadi menarik ketika ada semacam bintang baru yang berbeda dengan bintang sinetron yang sering muncul di TV. Bintang baru itu bisa tetangga kita, teman kita, juga orang-orang lain di sekitar kita. Itu yang membuat tayangan reality show berbeda.


Mengenai real atau tidaknya cerita dan tokoh yang disuguhkan, baik helmi maupun fani mengakui bahwa tidak semua tayangan reality show itu real. Ada yang ditambahi atau dikurangi, ada juga yang benar2 dibuat skenario. Bang Ade Armando juga mengatakan, ketika masih di KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) pernah mengingatkan tayangan reality show yang mengagetkan orang. Yang dipermasalahkan adalah bagaiaman kalau orangnya sakit jantung? Kemudian dari pihak acaranay bilang, “nggak kok, itu Cuma bohongan.” Nah, aku jadi ingat ketika pernah suatu ketika bang Ade Armando mengatakan bahwa tayangan X itu rekayasa. Dilihat dari alur cerita, sikap atau perilaku para tokohnya, make up, dan sebagainya. Dan bang Ade bisa menjamin perkataannya benar karena dia punya bukti yang akurat. Kalo ga salah waktu itu di talkshow yang diadakan oleh HMIK dalam rangka pekan komunikasi.


Ketika itu aku ceritakan kepada temanku yang merupakan penggemar tayangan X itu, dia cuma komentar, “Ah, masak si? Tapi kayaknya emang real deh.” Pokoknya dia nggak percaya lah. Aku juga masih ragu, soalnya tayangan itu sama sekali nggak kelihatan rekayasanya, sampai ketika temanku bilang., “ Wun, kemarin gue liat tayangan X, ternyata yang main tu temen gue, tapi dia pake nama lain.” Terus dia juga cerita kalau kisah dalam tayangan X beda banget sama kehidupan temennya itu. Setelah temenku cerita, aku benar2 yakin kalau tayangan X itu rekayasa.


Permasalahan yang dihadapi Reality show adalah reaksi dari para “pemain” dalam reality show tersebut yang tidak bisa ditebak. Untuk tayangan yang benar-benar real, terkadang ada pelaku yang tiba-tiba mengamuk, menendang kamera, bahkan membawa senjata tajam. Ini terjadi dalam acara Harap-harap cemas (H2C). Ada seorang yang mengancam kru-nya dengan senjata tajam, kalau ga salah berupa pistol. Kebetulan waktu itu aku nonton dan kasusnya juga sampai di kantor polisi dan beberapa kali menghiasi infotainment.


Nah , satu lagi yang membuat penasaran, sering kita amati seseorang muncul beberapa kali dalam reality show yang berbeda seperti orang tersebut adalah artis spesialis reality show. Waktu itu ada dia di mak comblang, kok sekarang ada di kontak jodoh misalnya. Seperti yang kita tahu, di setiap reality show pasti ada hadiah yang akan diterima oleh para pesertanya. Oleh karena itu tak jarang orang yang memanfaatkannya untuk ajang mencari uang. Kalau dia bisa lolos di setiap casting reality show, why not?

Kalau diperhatikan para pemain reality show itu menarik ya? Ceweknya cantik-cantik, cowoknya juga ganteng-ganteng.


Reality show ini juga sering dibahas di perkuliahanku, tapi bukan membahas tentang bagaimana proses produksinya. Para dosen komunikasi yang sebagian juga bergabung dalam KPI justru mempermasalahakan substansi yang ada dalam tayangan reality show. Beberapa tayangan reality show dinilai tidak sesuai dengan kebudayaan negara kita. Misalnya, ada suatu tayangan yang memperkenalkan dua orang berbeda jenis. Setelah mereka berkenalan, kemudian mengobrol, hari itu juga mereka sudah berani gendong-gendongan, bahkan berciuman. Lalu si pria juga sudah berani bertengkar bahkan berkelahi dengan pria lain untuk mempertahankan si wanita yang baru beberapa jam dikenalnya ini. Ini kan tidak pantas dan tidak sesuai dengan budaya Indonesia yang sopan dan santun.


Rabu, 03 Juni 2009

Parodi Politik,(+)/(-)???

Hyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa...akhirnya selesai UAS..akhirnya libur 3 bulan..akhirnya bebas buat ngapain aja...tapi aku masih bingung ni mau pulang ke purworejo kapan...mau ambil SP tapi mahal..heheh

Liburanku terhitung sejak hari Jumat, 29 Mei 2009. Masih 6 hari, tapi udah mulai mati gaya..6 hari ini akau ngapain aja ya?????

Hari Jum'at kemarin ikut talkshow di PSJ, pulangnya langsung ke asrama buat rapat kompor(Komunitas Mahasiswa Purworejo). Aneh ya namanya??Bahkan di pertemuan kemarin sempet ngebahas buat ngganti nama kompor..haha!padahal sebenernya ga ada yang perlu dipermasalahkan dengan nama itu..

Hari sabtunya jalan ke puncak, tapi ga ada yang menarik..ught!hari minggu jalan bareng temenku dari Bogor..Senin rapat Adkesma di MBRC terus ke PPM mau wawancara tentang BOP_B & banding online..ternyata disuruh dateng lagi hari rabu..Nah, akhirnya hari ini aku kembali ke PPM..Setelah itu di sini deh, MBRC lantai bawah-komputer nmr 36..haha!!

Dari semua itu, yang paling menarik ya talkshow hari Jum'at..Niatnya emang mau ngebahas itu si, yang tadi cuma intermezzo..hehe

Jum'at kemarin aku ikut talkshow yang berjudul "Dampak Parodi Politik Terhadap Aspirasi Politik Masyarakat". Pembicara dalam talkshow ini antara lain:
1.Effendi Ghazali (Praktisi Media dan Pakar Ilmu Komunikasi)
2. Hasan Nasbi (Projec Manager Quickcount Pemilu Legislatif 2009_Cyrus Surveyor Group)
3. Hamdi Muluk (Pakar Psikologi Politik)
4. Boni Hargens (Pengamat Politik)


Parodi politik yang pertama diprakarsai oleh Effendi Ghazali. Pertama kali tayangan ini muncul di Metro TV dengan tokoh antara lain Butet Kertarajasa yang memerankan SBY dan Jarwo Kuat sebagai JK. Lalu tayangan ini pindah ke Indosiar dengan peran SBY diagnti oleh Taufik Savalas (alm.) dan JK oleh Kelik dengan nama Ucup Kelik, kemudian pindah lagi ke TV One. Tokoh SBY diaminkan oleh Derry Drajat dan Jarwo kuat kembali menjadi JK. Ada juga tokoh2 lain yang juga diperankan oleh orang lain seperti Suharta (Suharto), Gus Pur (Gus Dur), Megawangi (Megawati), Habudi(Habibie), dan lain-lain. Selain itu ada Anya Dwinov dan Olga Lidya sebagai pembawa acara dan Boni Hargens yang sepertinya tetap berperan sebagai pengamat politik. Tak jarang Boni Hargens melontarkan sindiran atau kritikan pedas terhadap para tokoh politik kita.


Aku mulai sering nonton tayangan yang berjudul "Republik Mimpi ini sejak tayang di TV one. Acara inimemang selalu membahas isu2 politik yang sedang hangat terjadi. Yang paling aku ingat adalah saat membahas perpisahan SBY_JK di pilpres 2009. Kebetulan waktu itu akau bersama teman2 kelasnya Boni Hargens diajakin nonton langsung di studio. Mas Boni adalah dosenku yang mengajar mata kuliah "Sistem Politik Indonesia". Waktu itu bintang tamunya adalah Dedi Mizwar dan seorang tokoh politik dari partai Golkar (aku lupa namanya..hehe)



(ini dia fotoku bareng temen2 waktu nonton "republik Mimpi" di studio TV one.ada Boni Hargens dan Derry Drajat a.k.a presiden SDY)




(girang banget foto bareng presiden negeri impian, kapan ya foto bareng presiden negeri beneran????haha)


(bukan...bukan!!!!!ini bukan Gus Dur, tapi Gus Pur...!!mirip banget ya??!)



Untuk isu2 yang lain memang sudah banyak yang aku lupa. Hal ini sempat dubahas di awal talkshow, bahwa ternyata orang yang menonton acara parodi politik lebih banyak mengingat lawakannya daripada masalah politik yang dibahas. Selain itu ada juga yang lebih mengenal karakter tokoh politik dalam parodi daripada tokoh aslinya. Salah satu pembicara, kalau tidak salah Hamdi Muluk mengatakan bahwa ia menemukan kasus, ada seorang yang tidak mau memilih JK(yang asli) karena orangnya genit. Ia berpendapat begitu setelah melhat Jarwo Kuat sering memanggil "hunny" kepada Anya dan Olga. Hal ini dikhawatirkan akan mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap isu politik maupun tokoh politik yang diparodikan dan aspirasi masyarakat terhadap politik menjadi berkurang. Apalagi, dalam parodi ini serign menyindir para tokoh politik.

Menyikapi pendapat ini Effendi Ghazali pun memaparkan bahwa tujuan dari adanya parodi politik adalah untuk membuat masyarakat tertarik pada politik. Acara ini sebagai alternatif masyarakat yang bosan atau tidak suka menonton tayangan berita maupun membaca koran. Dengan menonton tayangan ini masyarakat dapat mengentahui berita politik melalui kemasan yang lebih menarik. Mengenai apakah aspirasi masyarakat berkurang atau pun masyarakat akan lebih terkenang pada lawakannya daripada isu politiknya tidak dapat disimpulkan terlebih dahulu, perlu penelitian yang lebih lanjut. Sayangnya, belum ada dana untuk melakukan riset itu.

Pembuatan parodi politik juga tidak mudah, tidak hanya sekedar melawak atau menciptakan lelucon saja. Untuk masuk ke stasiun televisi juga melalui perjuangan yang cukup berat. Tidak semua stasiun TV mau menerima tayangan ini. Pertama kali atayng acara ini juga belum seperti sekarang yang sudah berani meniru tidak hanya wajah, tetapi juga gaya para tokoh politik serta melontarkan sindiran2 pedas terhadap tokoh politik maupun kebijakan politik yang dianggap merugikan rakyat. Sering berpindahnya stasiun TV yang menayangkan acara ini juga menjadu kendala yang cukup berarti. Terkadang acara ini tersingkirkan oleh acara lain yang dianggap lebih menarik dan disukai masyarakat seperti tayangan sinetron. Semakin beraninya tayanagn ini mengkritik pemerintahan juga membuat stasiun TV berfikir dua kali untuk melanjutkan acara ini, apalagi sekarang sedang panas2nya persaingan antara tiga pasang Capres-cawapres 2009. Dialog-dialog politik mengenai capres-cawapres kita ini tentu lebih diutamakan agar masyarakat lebih mengenal sosok calon pemimpinnya.
Namun demikian, perjuangan Effendi Ghazali untuk membuat masyarakat "melek" politik tidak berhenti sampai di sini. Bersama rekan-rekannya ia membuat sebuah film bertajuk "CaPres (Calo Presiden) yang mulai tayang di bioskop tanggal 4 Juni 2009).

Sebenarnya keberadaan Parodi politik tidak selamanya buruk, meskipun terkadang kritikan2nya dapat memicu sikap apatis masyarakat terhadap politik. Tayangan ini dapat dijadikan referensi lain dalam memandang politik. Namun, tentunya masyarakat juga tidak hanya mendengar atau melihat dunia politik melalui tayangan parodi. Masyarakat harus mengetahui dari sumber lain, jangan hanya berpatokan pada pendapat dalam parodi politik karena bisa jadi ini sangat subjektif.

Meskipun banyak para penonton yang lebih menikmati lawakannya dan cenderung melupakan muatan politik dalam parody, paling tidak masyarakat tahu apa masalah yang sedang terjadi pada saat itu.

Jadi, kapan ada parody politik lagi ya??????